“Menorobos Ruang Gelap Hukum di Negeri Ini”
7 Tahun sudah berlalu tanpa ada kepastian apapun dari kasus yang menimpa munir. Hanya kekecewaan disetiap tahunnya yang tampak dari aktifis-aktifis yang tersisa saat ini. Hanya ada cacian kepada hukum yang wajahnya telah dicoreng oleh orang-orangnya sendiri. Hanya ada carut marut kepada pemerintah yang telah tak pernah atau bahkan merasa tak perlu menyelesaikan kasus penghilangan nyawa secara berencana ini.
Itulah gambaran dari aktivitas dari aksi yang dilakukan oleh kelompok Solidaritas Untuk Munir dan Sahabat Munir Sumatera Utara yang digelar selasa malam 20/09 dibundaran tugu Sinar Indonesia. Turut hadir beberapa aktifis dibidang hukum, persatuan buruh, persatuan petani, aktifis perempuan, aktifis hukum dan HAM serta anggota dewan dan beberapa orang aktifis lainnya.
Dalam orasi yang disampaikan secara bergantian oleh beberapa perwakilan aktifis memiliki satu inti yang sama yaitu kekecewaan terhadap hukum di Indonesia serta kegagalan total dari pemerintah menyangkut kasus munir ini dengan tidak memberikan perhatian lagi bahkan cenderung mencoba untuk melupakan atau bahkan menghilangkan kasus tersebut.
Lebih dalam lagi, anggota Dewan Perkilan Rakyat kota medan dari fraksi PDI Perjuangan yang sebagai salah seorang rakyat yang masih tertindas dinegeri ini, ikut ambil bagian dalam merangkai kata-kata kekecewaan menegaskan bahwa pemerintah telah gagal dan tidak pantas lagi untuk didukung yang kemudian disambut oleh massa yang hadir dengan meng-iya-kan pernyataan tersebut. Selanjutnya beliau juga menyampaikan kepada seluruh massa yang hadir untuk tidak lagi percaya kepada lembaga-lembaga parlemen dan politik dikarenakan lembaga-lembaga tersebut telah dirasuki oleh kepentingan-kepentingan kapitalisme. “Kalau saya ditanya sebagai salah satu rakyat Indonesia, rakyat harus bergerak, jangan percaya lagi dengan lembaga-lembaga parlemen dan lembaga politik yang ada sekarang, karena telah dikuasai oleh kaum kapitalisme” Ungkap beliau. “Lembaga-lembaga hukum pun sudah dikuasai oleh mafia” imbuhnya menyangkut dengan lembaga penegak hukum yang terbukti tidak dapat menyelesaikan kasus-kasus besar yang terjadi beberapa tahun belakangan ini.
Aksi ini dihiasi dengan lilin-lilin yang disusun rapi sebagai salah satu simbol hening cipta dan beberapa replica kuburan yang tiga diantaranya tertera nama Munir, Bima Petrus dan Herman Hendrawan serta beberapa spanduk yang salah satunya bertuliskan “Menorobos Lorong Gelap Negeri” dan secara tegas menuntut untuk mengusut secara tuntas dalang dan aktor intelektual pembunuh aktifis HAM Munir. Sedangkan pada spanduk yang tersemat di tugu dengan judul “Persembahan 7 tahun” terdapat 4 poin tuntutan, yaitu :
1.Menuntut Keras Presiden SBY Mengusut Tuntas Pembunuhan Munir
2. Ungkap Siapa Dalang Pembunuhan Munir
3. Menuntut Keras Kepada Negara Untuk Membentuk Undang-Undang Perlindungan Permbela HAM (Human Right Defender - HRD)
4. Usut Tuntas Kasus-kasus Kekerasan dan Pembunuhan Pembela HAM di Sumatera Utara
Selain itu acara ini juga turut dihadiri oleh beberapa orang seniman salah satunya musisi jalanan yang tergabung dalam Komunitas Alam Raya yang dengan kreatifitasnya membawakan musikalisasi puisi yang bertemakan kehancuran negeri ini. Ikut ambil bagian dalam kegiatan ini beberapa orang sastrawan kota medan yang membacakan puisi dengan tema yang sama. Massa juga mengibarkan bendera Merah Putih tepat disamping spanduk yang dipasang ditugu yang juga memuat foto Munir serta menyanyikan 2 lagu wajib, Indonesia Pusaka dan Ibu Pertiwi.
0 Komentar:
Post a Comment