Yodium adalah suatu unsur elemen non metal, tergolong dalam golongan halogen yang bersifat oksidator, dalam keadaan bebas unsur ini membentuk diatom (I²) yang bersifat racun, sedangkan yodium yang dikonsumsi adalah berbentuk sebagai senyawa KI (Kalium Iodat) dengan konsentrasi 0,5 % dalam NaCl (Firman,1997: 153).
Sebagian besar yodium berada disamudra/lautan karena yodium pada permukaan tanah melalui pencairan salju dan hujan dibawa oleh angin, hujan, aliran sungai kelaut. Kondisi ini terutama didaerah yang bergunung-gunung diseluruh dunia.
Yodium yang berada ditanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida dioksidasi oleh sinar mata hari menjadi elemen yodium yang sangat mudah menguap sehingga setiap tahun kira-kira 400.000 ton yodium hilang dari permukaan laut. Kadar yodium dalam air laut kira-kira 50 mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7 mikrogram/meter3. Yodium yang berada dalam atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan, dengan kadar dalam rentang 1,8 - 8,5 mikrogram/liter. Siklus yodium tersebut terus berlangsung selama ini. Kembalinya yodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah sedikit dibandingkan saat lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga tanah yang kekurangan yodium tersebut akan terus berkurang kadar yodiumnya (Almatsier, 2002:262).
Yodium yang berasal dari makanan dan minuman sangat cepat diabsorsi disaluran pencernan terutama usus halus bagian atas dan lambung dalam bentuk iodida. Fried (1973), Proses penyerapan yodium dalam saluran pencernaan hanya memakan waktu 3-6 menit setelah makanan dicerna. Setelah yodium masuk ke pembuluh darah kira-kira sepertiganya ditangkap oleh kelenjar tiroid dengan kadar sekitar 25 kali lebih tinggi dari yodium yang ada dalam darah (Winarno, 1997:163 )
Untuk memenuhi kebutuhan hormon tiroid tubuh, kelenjar tiroid mengikat yodium dari darah dan mengkonversikannya kedalam hormon tiroid bersama dengan protein membentuk triodothyronine (T3) dan Tiroksin (T4) yang disimpan dan dilepaskan kedalam peredaran darah pada saat diperlukan. Didalam jaringan tubuh seperti hati dan otak, T3 dapat mengikat sel-sel reseptor didalam nukleus sel dan mengatur perwujudan genetik, sedangkan T4 dapat dikonversikan menjadi T3 oleh enzim deodinase, dengan cara ini hormon tiroid mempunyai fungsi mengatur sejumlah proses fisiologis, meliputi fungsi tumbuh kembang, metabolisme dan reproduksi (Kurniawan, dkk, 2003 : 13).
Untuk membentuk kadar tiroksin dalam jumlah normal, tubuh membutuhkan sekitar 50 mg yodium setiap tahun, atau kira-kira 1mg/minggu yang ditelan dalam bentuk iodida (Guyton , 2007: 979).
Tubuh yang sehat mengandung 15-20 mg yodium dimana 70%-80% ada di kelenjar gondok triglobulin, sisanya di kelenjar air liur, kelenjar lambung jaringan dan sebagian kecil berada di seluruh tubuh (Kartono dan Soekatri, 2004:400). Dunn (2001) kecukupan yodium yang dianjurkan bagi orang Indonesia seperti ditampilkan dalam tabel .1 (Kurniawan dan Sumarna, 2003:16).
Adapun rekomendasi kecukupan mineral yodium yang dilakukan oleh IOM 2002 maupun FAO/WHO 2001 untuk bayi 0-11 bulan yaitu sebesar 15µg/kg berat badan / hari. Angka ini didasarkan pada Adequate Intakes (AL) yaitu nilai rujukan yang didapat pada pengamatan terhadap perkiraan rara-rata asupan zat gizi orang yang sehat.
Widya karya pangan dan gizi (1998) menganjurkan Angka kecukupan gizi untuk yodium sebagai berikut (Almatsier, 2002:264) :
• Bayi : 50-70 µg
• Balita dan anak sekolah : 70-120 µg
• Remaja dan dewasa : 150 µg
• Ibu hamil : + 25 µg
Kandungan yodium dalam makanan tergantung pada kandungan yodium dalam tanah atau air tempat sumber makanan itu hidup. Di daerah pantai air dan tanah mengandung banyak yodium sehingga tanaman yang tumbuh didaerah pantai mengandung cukup banyak yodium. Semakin jauh tanah itu dari pantai semakin sedikit pula kandungan yodiumnya, oleh karena itu gondok endemik jarang terjadi pada populasi yang tinggal didaerah sepanjang laut.
Air sungai mengandung yodium 0,5-2µg/liter, perbedaan yang sangat signifikan bila dibandingkan kadar yodium dalam air laut, yaitu 17-50µg/liter. Akibatnya hasil-hasil laut mengandung jauh lebih banyak kadar yodium dari pada hasil air tawar atau darat ( Djaelani, 1979: 79).
Produk susu dari peternakan di Inggris, Amerika Serikat dan Eropa adalah sumber yodium yang baik sebab pada makanan sapi sudah ditambahkan yodium yang cukup. Ikan laut dan kerang-kerangan merupakan sumber yodium yang baik (Pudjiadi, 1990: 199 ). Davidson (1996) bila ikan laut dikonsumsi satu atau dua kali dalam seminggu dengan asupan yodium lebih dari 150µg akan mencegah defisiensi yodium (Yanti, 2003:13).Kandungan yodium dalam makanan tertentu dapat dilihat pada tabel. 2 dan tabel. 3. Dunn (2001) dalam Kurniawan dan Sumarna (2003).
Semua orang mengkonsumsi garam, meskipun dikonsumsinya dalam jumlah yang relatif sedikit, namun garam selalu dikonsumsi sebagai tambahan dalam makanan sekari-hari. Konsumsi garam di rumah tangga dipengaruhi oleh kebiasaan rumah tangga dalam menyiapkan makanan dan ketersediaan garam di pasar.
Garam yang dijual petani tambak umumnya sedikit mengandung yodium. Yodium yang berada dalam air laut kebanyakan hilang ketika proses pemanasan saat proses pembuatan garam berlangsung, oleh karena itu garam tersebut perlu difortifikasi yodium.
Selain itu karena garam dikonsumsi semua orang, jadi sangat tepat kalau garam digunakan sebagai media fortifikasi yodium, disamping kestabilannya yang baik, dari segi biaya lebih murah dan mudah bila dibandingkan fortifikasi yodium pada bahan makanan yang lain.
Garam beryodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam yang telah difortifikasi dengan yodium. Yodium yang difortifikasi dalam garam sebagai zat adiktif atau suplemen dalam bentuk kalium yodat ( KIO3 ). Penggunaan garam beryodium dianjurkan oleh WHO untuk digunakan diseluruh dunia dalam menaggulangi masalah GAKY (Palupi, 2003:6). Keputusan Presiden RI Nomor 69 tahun 1994 tentang pengadaan garam beryodium menyebutkan bahwa garam yang dapat diperdagangkan untuk keperluan konsumsi manusia atau ternak, pengasinan ikan atau bahan penolong industri pangan adalah garam beryodium yang telah memenuhi Standar industri Indonesia (SII) atau Standar Nasional Indonesia (SNI) (Depkes RI, 2003:31).
Berdasakan SNI No.01-3556 tahun 1994 ditentukan kadar yodium dalam garam sebanyak 30-80µg / kg atau 30-80 ppm (part mer million). Hal ini dikaitkan dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang perhari adalah 6-10 gram, sedangkan kebutuhan yodium rata-rata lebih kurang 100-150µg / hari (Depkes RI, 2003 :30).
0 Komentar:
Post a Comment