MODEL KONSELING KELOMPOK BERDASARKAN PENDEKATAN KOGNITIF-PERILAKU UNTUK MEMBANTU REMAJA DALAM MENANGANI KRISIS IDENTITAS DAN DAMPAKNYA PADA PENURUNAN TINGKAT PROBLEM PSIKOSOSIAL
Meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di kalangan pelajar, khususnya para pelajar remaja atau para siswa SMA, pada beberapa tahun belakangan ini merupakan fenomena umum yang memiliki implikasi langsung bagi pengembangan program-program bimbingan dan konseling sekolah. Namun, untuk saat ini upaya penanggulangan narkoba di kalangan siswa banyak mengalami hambatan karena adanya keengganan dari para siswa untuk mengakui bahwa dirinya menyalahgunakan narkoba. Oleh karena itu, penanggulangan penyalahgunaan narkoba perlu dilakukan dengan cara tidak langsung dengan memusatkan perhatian pada penanganan problem perilaku lain yang memiliki kaitan erat dengan penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan hasil-hasil penelitian, terdapat saling hubungan yang sangat kuat antara problem penyalahgunaan narkoba dengan depresi dan kenakalan. Remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba pada umumnya mengalami depresi dan/atau kenakalan, dan sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara menangani problem depresi dan kenakalan.
Dalam literatur, depresi, kenakalan, dan penyalahgunaan narkoba diidentifikasi sebagai tiga bentuk problem psikososial yang paling umum dialami oleh remaja. Menurut perspektif perkembangan yang banyak memusatkan perhatian pada perkembangan remaja, yakni teori perkembangan psikososial dari Erikson (1968), problem psikososial pada remaja dapat diatribusikan dengan adanya hambatan dalam menangani isu perkembangan psikososial pada periode remaja, yakni krisis identitas.
Secara umum, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu model intervensi konseling yang efektif untuk menangani krisis identitas dan problem psikososial remaja. Secara khusus, penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu: (1) untuk menguji keefektifan konseling kelompok kognitif-perilaku (KKKP) sebagai metode intervensi untuk membantu remaja dalam menangani krisis identitas; (2) untuk menguji keefektifan penggunaan teori perkembangan dari Erikson sebagai kerangka kerja konseptual untuk mengembangkan program intervensi guna menanggulangi problem psikososial (depresi dan kenakalan) remaja; dan (3) untuk mengetahui pengaruh perbedaan komposisi jenis kelamin dalam kelompok konseling kelompok pada tingkat keterlibatan anggota dalam proses kelompok.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan eksperimen kuasi, yakni nonequivalent control group. Subyek penelitian adalah 48 siswa kelas tiga SMAN 1 Arjasa Jember yang memiliki problem depresi dan/atau kenakalan pada kategori tinggi dan kurang berhasil dalam menangani krisis identitas. Temuan dalam penelitian ini yaitu: (1) konseling kelompok kognitif-perilaku merupakan salah satu model intervensi yang efektif untuk meningkatkan keberhasilan remaja dalam menangani krisis identitas; (2) teori perkembangan dari Erikson dapat digunakan sebagai kerangka kerja konseptual yang efektif untuk merancang program intervensi guna menanggulangi problem psikososial; dan (3) perbedaan komposisi jenis kelamin dalam kelompok tidak mempengaruhi tingkat keterlibatan anggota kelompok dalam proses kelompok. Terdapat temuan lain yang menyatakan bahwa model konseling kelompok kognitif-perilaku yang diuji dalam penelitian ini dinilai oleh para konselor SMA sebagai metode intervensi yang cukup mudah untuk diimplementasikan.
Oleh : Nanik Yuliati
0 Komentar:
Post a Comment