Memandirikan Warga Belajar Melalui Kewirausahaan

Pendidikan merupakan hak asasi setiap manusia. Hal ini seperti dituangkan pada amanat Undang-Undang Dasar 1945 bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan. Namun, karena berbagai kondisi sosial, ekonomi dan budaya amanat tersebut tidak dapat terlaksana. Terbukti dengan masih banyaknya penduduk yang buta aksara dan anak putus sekolah.
Penduduk buta aksara yang berusia 15 tahun keatas pada tahun 2008 berjumlah 9.753.256 orang sekitar 64% diantaranya adalah perempuan. Dari jumlah tersebut sebahagian besar tinggal di pedesaan seperti petani kecil, buruh, nelayan dan kelompok miskin perkotaan yaitu buruh berpenghasilan rendah atau penggangguran. Mereka juga tertinggal dalam keterampilan, pengetahuan serta sikap mental pembaharuan dalam pemberdayaan.
Untuk mengatasi permasalah buta aksara sejak tahun 1997/1998, pemerintah sudah menggerakkan program pemberantasan buta aksara yang untuk sekarang di sebut pendidikan keaksaraan fungsional. Dengan adanya program ini diharapakan dapat menurunkan angka buta aksara di Indonesia sehingga dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Berdasarkan sensus yang dilakukan BPS tahun 2010, Sumatera Utara mendapat urutan nomor 9 untuk penduduk buta aksara. Dan dari perbedaan jenis kelamin, 67% penduduk yang buta aksara adalah perempuan. Ada banyak alasan yang membuat perempuan menjadi penduduk yang dominan dalam buta aksara antara lain faktor budaya, sosial dan ekonomi.
Tindakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan digalakkannya program pendidikan keaksaraan fungsional. Dimana diharapkan dari program tersebut, dapat mengurangi angka buta aksara di Indonesia dan juga dapat memfungsionalkan kembali masyarakat sehingga dapat mensejahterakan dirinya dan keluarganya.
Setelah menyelesaikan pendidikan keaksaraan fungsional dan mendapatkan SUKMA, maka pendidikan lanjutan yang diberikan adalah keaksaraan usaha mandiri. Dimana pada pendidikan ini, warga belajar lebih diarahkan pada proses kemandirian dalam berwirausaha.
PKBM Madya Insani telah menjalankan program keaksaraan fungsional sejak tahun 2007. Pada tahun 2010 yang lalu, program yang dijalankan adalah keaksaraan usaha mandiri. Pada proses pembelajaran, penulis sebagai tutor menerapkan metode demosntrasi pada pembelajaran KUM. Dimana warga belajar belajar dengan melihat langsung proses pembuatan sabun cair,karbol,minyak wnagi dan sabun crim tersebut.
Pada perjalanan proses belajar mengajar, warga belajar juga diberikan pengetahuan mengenai bagaimana melakukan manajemen pemasaran dan pengelolaan keuangan. Sehingga di harapkan, ketika warga belajar telah mampu untuk berwirausaha sendiri mereka tidak kesulitan dalam melakukan manajemen.
Dalam proses pendampingan, ada beberapa warga belajar yang membuka usaha home industry sabun cair. Pihak PKBM mendampingin dalam perintisan usahanya, membantu dalam manajemen pemasaran hingga pembuatan label produk. Hal ini dilakukan untuk memandirikan warga belajar sehingga mereka dapat memfungsionalkan dirinya.
Pada tuliasan ini, penulis sebagai tutor juga memaparkan metode pembelajaran yang inovatif pada pendidikan keaksaraan usaha mandiri. Semoga dari pemaparan ini dapat memberikan informasi kepada para pembaca.

KAJIAN LITERATUR

2.1    PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Keaksaraan secara sederhana diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis. Keaksaraan didefenisikan secara luas sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan yang diperlukan untuk semua warga negara dan salah satu pondasai bagi  penguasaan kecakapan – kecakapan hidup yang lain. Sedangkan secara terminologi atau istilah “fungsional” dalam keaksaraan berkaitan erat dengan fungsi dan atau tujuan dilakukannya pembelajaran di dalam program pendidikan kesetaraan, serta adanya jaminan bahwa hasil belajarnya benar-benar bermakna, bermanfaat, berfungsi atau fungsional bagi “peningkatan” mutu dan taraf hidup warga belajar dan masyarakatnya (Depdikbud, 1998).
Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri merupakan kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraan bagi warga belajar yang telah mengikuti dan atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar, melalui pembelajaran keterampilan usaha (kewirausahaan) yang dapat meningkatkan produktivitas warga belajar, baik secara perorangan maupun kelompok sehinggga diharapkan dapat memiliki mata pencaharian dan penghasilan dalam rangka peningkatan taraf hidupnya (Dikmas,2010).
Adapun sasaran layanan program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri adalah warga belajar yang telah mengikuti dan atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar (pasca program pendidikan keaksaraan dasar) atau masyarakat yang berpendidikan keaksaraan rendah dan miskin.

2.2    WARGA BELAJAR

Warga belajar merupakan peserta didik dalam pelaksanaan program pendidikan keaksaraan yang karena sesuatu hal mereka tidak memperoleh pendidikan atau putus SD/MI pada kelas 1 – 3 (Depdikbud, 1998).

2.3    INOVASI
Sudah banyak buku dan orang yang membahas tentang inovasi. Ada yang mengatakan bahwa inovasi berbeda dengan kreatifitas, mencakup lebih daripada sekedar perbaikan, mencari dan mengambil resiko yang besar, tentang gagasan besar dan perubahan radikal dari peraturan standar, membuang sistem lama, sesuatu yang memerlukan biaya besar dan pengertian-pengertian yang lain.
Menurut Matthew E. May (Penasehat Senior Universitas Toyota) dalam bukunya berjudul “THE ELEGANT SOLUTION-Rumus Sukses Toyota Menguasai Inovasi”, mengatakan bahwa pendapat-pendapat di atas itu bersifat membatasi dan membuat orang biasa tidak bisa ikut berinovasi.
Definisi terbaik tentang Inovasi adalah seperti yang dikatakan David Neeleman (Pendiri dan CEO JetBlue) yaitu Berupaya Mencari Cara Untuk Melakukan Sesuatu Dengan Lebih Baik Daripada Sebelumnya (Widianto, www.smart-businessman.com)

2.4    KEWIRAUSAHAAN
Seperti kita tahu kewirausahaan berasal dari kata dasar wirausaha dan wirausaha terdiri dari 2  kata yaitu, wira yang berarti kesatria, pahlawan, pejuang, unggul, gagah berani, sedangkan satu lagi adalah kata usaha yang berarti bekerja, melakukan sesuatu.
Dengan demikian pengertian dari wirausaha ditinjau dari segi arti kata adalah orang tangguh yang melakukan sesuatu. Tetapi kalau definisi kewirausahaan yang lebih detail disini akan kita ambil dari beberapa sumber.
Mengacu dari Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa:
1.    Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.
2.    Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang  lebih besar.
Kewirausahaan atau dalam bahasa perancis disebut entrepreneurship dan kalau diterjemahkan secara harfiah punya pengertian sebagai perantara, diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal.
Stoner, James: kewirausahaan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi-lahan kerja, tenaga kerja dan modal-menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnis lain (http://revolsirait.com/definisi-kewirausahaan)

2.5    METODE PEMBELAJAARAN
Metode Pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: Metode adalah cara yang digunakan oleh guru/peserta didik dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi (http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2116317-pengertian-metode-pembelajaran/#ixzz1LUAQwC4z).
Dengan demikian dalam proses pembelajaran terdapat hubungan yang erat antara strategi dan metode.
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Pada saat menetapkan strategi yang digunakan, guru harus cermat memilih dan menetapkan metode yang sesuai.

PEMBAHASAN

3.1 REKRUITMEN WARGA BELAJAR
Rekruitment warga belajar di lakukan dengan beberapa cara yaitu, melibatkan tokoh setempat dan mapping data. Rekruitmen ini dilakukan Sebelum melaksanakan program belajar mengajar untuk pendidikan keaksaran Usaha Mandiri terlebih dahulu seorang tutor harus dapat mengidentifikasi warga belajarnya berdasarkan tingkat pemahaman Calistung, dan keterampilan. Hal ini untuk memudahkan dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Peserta KUM yang sudah mendapat SUKMA awal harus diuji kembali,apakah mereka masih dapat membaca, menulis dan berhitung. Sehingga tutor dapat menyesuaikan jadwal pelajaran berdasarkan kemampuan warga belajarnya.
Selain itu juga, harus dibuat surat pernyatan calon warga belajar. Hal ini untuk menghindarin ketidakdisiplinan warga belajar. Sehingga, tidak ada kata pemaksanaan dalam proses pembelajaran. Walaupun warga belajar sudah membuat surat pernyataan bersedia untuk mengikuti program KUM secara aktif, namun tetap saja masih ada warga belajar yang membandel dan tidak disiplin.

3.2 METODE PEMBELAJARAN
3.2.1 Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode demostrasi. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Peragaan yang dilakukan adalah proses pembuatan sabun cair, karbol, minyak wangi dan sabun crim. Metode ini digunakan pada pembelajaran KUM dengan asumsi bahwa, warga belajar akan lebih mudah untuk memahami dan gampang diingat karena warga belajar dapat melihat langsung bagaimana proses pembuatannya.
Dan pada akhirnya, metode ini lebih disukai dan warga belajar dapat dengan mudah untuk mengingat nama-nama bahan,bagaimana mencapurnya dan lainnya. Karena menurut warga belajar yang mayoritas ibu rumah tangga, membuat praktek sabun cair, sabun crim,karbol dan minyak wangi hampir sama dengan memasak kue. Ada takaran dalam pembuatannya dan dapat diperhitungkan sendiri takarannya tersebut.
3.2.2 Proses Pembelajaran dan Silabus Pelajaran KUM Madya Insani
Pada proses pembelajaran KUM di PKBM Madya Insani terdapat beberapa tahap dalam prosesnya. Namun, yang paling dasar dilakukan adalah pembuatan silabus pelajaran KUM. Proses pembelajaran yang di arahkan adalah partisipasi. Terciptanya proses belajar mengajar yang dua arah akan menyukseskan proses pembelajaran tersebut. Selain itu juga, pada pembelajaran KUM yang paling utama ditekankan adalah penerapan keterampilan sehingga warga belajar dapat mandiri dengan berwirausaha.
Waktu pembelajaran di tentukan oleh warga belajar sendiri, dan waktu yang dipilih adalah rabu dan sabtu pukul 15.00 WIB. Proses belajar mengajar sendiri dilakukan di PKBM Madya Insani. Proses belajar mengajar dilakukan selama 60 menit sehingga selama 3 bulan waktu belajarnya adalah 24 jam dengan materi yang dipadatkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat silabus pelajaran KUM yang dilaksanakan oleh PKBM madya Insani.


3.3 EVALUASI DAN MONITORING
Evaluasi dilakukan selama 3 kali dalam proses pembelajaran, yaitu evaluasi awal yaitu pada bulan pertama dilaksanakannya proses belajar, evaluasi kedua yaitu 2 bulan setelah dilaksanakannya dan evaluasi akhir. Evaluasi awal dilakukan untuk melihat sejauh mana, warga belajar lancar dalam menulis, membaca dan berhitung. Dan pada tahap ini, warga belajar akan di berikan ujian menulis,berhitung dan membaca.
Evaluasi tahap dua dilaksanakn setelah proses praktek telah usai. Evaluasi disini untuk melihat seberapa paham warga belajar dam menguasai proses pembuatan sabun cair,karbol,minyak wangi dan kaporit. Evaluasi akhir di laksanakan untuk melihat potensi warga belajar untuk merintis usaha sabun cair. dan pada akhirnya hanya beberapa orang saja warga belajar yang mencoba untuk merintis usaha sabun cair ini.
Pada pelaksanaan KUM 2010, PKBM Madya Insani telah didatangin oleh sejumlah mahasiswa Unimed jurusan PLS dalam rangka pelaksanaan program KUM tersebut. Selain itu juga, monitoring juga dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Medan untuk meninjau terlaksananya program KUM Madya  Insani.

3.4 PENDAMPINGAN DAN KERJASAMA DENGAN MITRA
Proses pendampingan dilakukan bagi warga belajar yang berkeinginan untuk membuat usaha mandiri dari keterampilan yang diberikan pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk saat ini, ada beberapa warga belajar yang membuka usaha sabun cair dan karbol. Disini PKBM Madya Insani mendampingi dalam proses distribusi dengan berbagai pihak untuk dapat ikut memasarkan produknya tersebut. 
Bantuan modal juga diberikan oleh PKBM Madya Insani melalui simpan pinjam KSU Madya Insani. Dengan margins yang ringan sehingga warga belajar keaksaraan fungsional yang mengikuti program pendidikan keaksaraan usaha mandiri dapat berwirausaha melalui keterampilan yang telah diterima.

3.5 PUBLIKASI HASIL PRODUK
Untuk lebih memperluas pemasaran hasil produk, tutor bekerjasama dengan pengelola PKBM Madya Insani berupaya untuk mensosialisasikan dan mempublikasikan hasil produk kepada masyarakat luas melalui pertemuan-pertemuan majelis taklim (seperti perwiritan) atau pertemuan-pertemuan di tingkat kelurahan.
Selain itu juga dalam rangka publikasi, PKBM Madya Insani juga sering mengikuti pameran yang diadakan oleh Dinas Pendidikan. Pada pameran tersebut, produk hasil warga belajar dijual dan dipamerkan kepada masyarakat luas.
Publikasi hasil produk juga dilakukan dengan jalan membuat brosur yang akan dibagikan kepada masyarakat sehingga pengguna produk sabun cair yang dilakukan oleh warga belajar keaksaraan fungsional PKBM Madya Insani dapat berjalan lancar sesuai dengan keinginan warga.
Dalam pembelajaran keaksaraan usaha mandiri bagi warga belajar keaksaraan fungsional yang telah mendapatkan sertifikat SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara),  tutor bukan hanya mengajarkan pengenalan bahan-bahan dan bagaimana cara pembuatan produk, tetapi tutor juga mengajarkan bagaimana memasarkan produk sekaligus tatacara memperkenalkan produk kepada masyarakat, sehingga produk dapat dipasarkan secara luas.
Publikasi produk juga dilakukan dengan cara mempromosikan produk ke dunia maya, yaitu melalui wibesite PKBM Madya Insani. Tutor dan pengelola berharap produk yang dihasilkan oleh warga belajar dapat dipasarkan dengan baik. Karena itu selain publikasi, PKBM Madya Insani saat ini sedang berupaya untuk membuat kemasan yang lebih baik serta pengurusan izin dari dinas kesehatan.

3.6 KENDALA YANG DIHADAPI
Setiap program yang terlaksana tentunya mempunyai kendala, akan tetapi kendala tersebut bukan menjadi penghalang untuk terus beraktifitas tetapi menjadi bahan motivasi dan evaluasi untuk mengarah ke-arah yang lebih baik. Adapun kendala yang dihadapi saat pembelajaran KUM ini adalah sebagai berikut ;
  1. Masih ada warga belajar yang belum lancar membaca dan menulis, sehingga fokus untuk pendidikan keterampilan sedikit terkendala dengan tambahan program CALISTUNG.
  2. Warga belajar tidak seluruhnya berminat untuk memilih jenis keterampilan yang telah ditetapkan menjadi jenis keterampilan yang diajarkan. Karena dari awal kurang berminat, maka hasil tidak maksimal.
  3. Disiplin warga belajar adalah kendala utama dalam penyampaian pendidikan keaksaraan usaha mandiri. Kurangnya disiplin warga belajar membuat pembelajaran tidak maksimal, namun masih ada beberapa warga yang  serius maka pembelajaran dilakukan secara maksimal.
  4. Kemasan yang kurang menarik ( hanya dalam sebuah botol air mineral)  dan tidak adanya lebel Dinas Kesehatan adalah salah satu kendala untuk memasarkan hasil produk. Karena itu pemasaran yang dijalankan masih di lingkup daerah sekitar warga belajar. Tutor dan warga belajar berharap pemasaran dapat dilakukan secara luas sehingga menambah pendapatan warga belajar. Harapan yang sangat besar adalah bagaimana produk dapat dipasarkan secara luas sehingga warga belajar dapat memperoleh keuntungan dan menambah pendapatan perkapita keluarga.
3.7 BELAJAR DARI PENGALAMAN
Setiap kendala yang dihadapai harus dicarikan solusi, karena untuk lebih memajukan program pembelajaran KUM kepada warga belajar yang lainnya, maka tutor harus belajar dari pengalaman.
Belajar dari pengalaman adalah guru yang baik dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Sesuai dengan pemaparan di atas, salah satu kendala adalah proses belajar CALISTUNG bagi warga Keaksaraan yang belum lancar, maka solusi yang diberikan adalah pada saat akan mengawali program, tutor akan mengelompokkan terlebih dahulu warga belajar dari tingkat kelancaran membaca dan menulis, Sehingga jadwal pembelajaran dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Kendala mengenai minat yang berbeda di antara warga belajar, tutor menawarkan solusi dengan cara memusyawarahkan jenis keterampilan yang akan dijalankan. Hasil musyawarah akan dijadikan sebagai jenis keterampilan yang diajarkan, yang terlebih dahulu dibuat kesepakatan bersama, maka seluruh warga KUM yang mengikuti proses pembelajaran harus serius mengikuti sampai tuntas.
Untuk kendala tentang disiplin warga belajar, tutor menyarankan kepada pengelola untuk menseleksi peserta pendidikan keaksaraan sesuai dengan kebutuhan warga belajar. Untuk mengikuti program harus ada surat pernyataan untuk aktif mengikuti pembelajaran. Jika sudah di buat surat pernyataan berikut sanksi yang harus diberikan, tindaklanjutnya adalah ketegasan dari tutor. Tutor harus tegas dengan sanksi yang telah disepakati secara bersama-sama.
Sementara itu, untuk kendala pemasaran yanmg kurang karena kemasan,  tutor telah mengusulkan kepada pengelola untuk membuat kemasan serta mengurus izin dari dinas kesehatan sehingga hasil produk dapat dipasarkan secara luas.
Semoga apa yang menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan dapat menjadi wujud nyata sehingga program dapat berjalan dengan baik. Penulis sebagai tutor di PKBM Madya Insani berupaya secara maksimal untuk melaksanakan program dengan baik akan tetapi juga harus didukung oleh warga belajar dengan keseriusannya.

KESIMPULAN
Setelah  memaparkan ide pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri bagi warga keaksaraan fungsional yang telah memperoleh SUKMA, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut ;
  1. Program Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri adalah tindak lanjut dari program keaksaraan fungsional dasar. Setelah warga belajar memperoleh SUKMA maka program dilanjutkan ke program KUM dengan orientasi keberhasilan warga belajar memperoleh pengetahuan kewirausahaan.
  2. Program Keaksaraan Usaha Mandiri adalah program pengembangan ekonomi yang harus didampingi tutor untuk pengembangan usaha sehingga warga belajar mampu mandiri dengan keterampilan yang dimiliki dari pembelajaran.
  3. Kendala utama dalam proses pembelajaran bagi warga belajar keaksaraan fungsional adalah disiplin, hal itu terjadi karena warga belajar tidak memahami sepenuhnya fungsi dari pendidikan yang diterimanya. Persoalan itu menjadi tantangan besar tutor untuk mencari solusi yang lebih baik.
SARAN
Dari  kesimpulan yang dipaparkan, maka penulis sebagai tutor di PKBM Madya Insani, memberikan saran sebagai berikut;
  1. Pengelola harus selektif memilih warga belajar yang akan mengikuti program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri, karena yang diutamakan dalam pembelajaran ini bukan CALISTUNG tapi bagaimana warga aksara dapat memperoleh pembelajaran keterampilan dan kewirausahaan. Selektif yang dimaksud adalah warga yang mengikuti program memang kemauan sendiri bukan karena paksaan, karena kemauan akan memotivasi diri untuk lebih aktif dan berhasil dalam program.
  2. Saran yang lain ditujukan kepada Dinas Pendidikan Kota Medan, yaitu dana untuk program KUM sangat kecil sehingga tutor harus berupaya keras untuk mencari jenis keterampilan yang cukup dengan biaya yang minim tersebut, sehingga pembelajaran tidak maksimal karena danannya terlalu minim.
Oleh : Hikma Sitta Sari, S.Pdi

0 Komentar:

Post a Comment